" Inilah isi pidato pancasila 1 juni 1945? "

Posted by Unknown Jumat, 23 Mei 2014 0 komentar

Isi Pidato 1 Juni 1945



Tanggal 1 Juni 2010, untuk pertama kalinya pasca tumbangnya Orde Baru, Hari Lahir Pancasila dirayakan. Kendati tidak dengan cara apel bendera, tetapi seremonial para tokoh bertempat di lingkungan gedung DPR-MPR RI. Hadir antara lain Presiden, mantan presiden Megawati Soekarno Putri, para menteri dan ratusan Anggota DPR/DPR RI. Seremonial tersebut untuk peringatan pidato 1 Juni 1945 Soekarno yang menjadi cikal-bakal Pancasila. 
Pancasila 1 Juni 1945
Lahirnya pancasila 1 Juni 1945


Ngomong - ngomong apa sih isi pidato Bung Karno 1 Juni 1945 tersebut? Mari kita simak bersama-sama.
Berikut ini cuplikan Pidato bung Karno tanggal 1 Juni 1945 pada Rapat Panitia Sembilan (Dokuritu Zyunbi Tyoosakai).

...Saudara-saudara! Dasar-dasar Negara telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedangkan kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai panca indera. Apa lagi yang lima bilangannya? (Seorang yang hadir: Pendawa Lima). Pendawa pun lima orangnya. Sekarang banyaknya prinsip: kebangsan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan dan ketuhanan, lima pula bilangannya.

Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa- namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi… (tepuk tangan hadirin riuh rendah)

...Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Pancasila yang saya usulkan itu, menjadi satu realitiet, yakni jikalau ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationaliteit yang merdeka, ingin hidup sebagai anggota dunia yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup di atas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan Ketuhanan yang luas dan sempurna, – syarat untuk menyelenggarakannya, ialah perjuangan, perjuangan dan sekali lagi perjuangan. Jangan mengira bahwa dengan berdirinya negara Indonesia Merdeka itu perjuangan kita telah berakhir. Tidak! Bahkan saya berkata: Di dalam Indonesia merdeka itu perjuangan kita harus berjalan terus, hanya lain sifatnya dengan perjuangan sekarang, lain coraknya. Nanti kita, bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu-padu, berjuang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Pancasila.

Baca Selengkapnya ....

" Ternyata...ada 3 Proklamasi di Indonesia "

Posted by Unknown 0 komentar

 3 Proklamasi di Indonesia



Proklamasi 17 Agustus 1945
Pagi itu di jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, sudah dipenuhi dengan orang-orang yang berharap peristiwa besar akan terjadi. Jumat, 17 Agustus 1945, halaman rumah di jalan Pegangsaan Timur no.56 menjadi tempat berkumpulnya para pemuda. Sebuah tiang menjadi tatapan dan mereka berharap mimpinya akan berkibar di ujung tiang itu.

Detik-detik menjelang Proklamasi
Detik - detik menjelang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Seseorang memasuki halaman, lalu menuju ke dalam rumah. Sejenak ia mendapatkan keheningan, waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Lalu ia memasuki sebuah kamar dan mendapatinya sedang tertidur pulas. Pelan-pelan ia mengusap kaki seseorang yang terlihat lelah. Lelaki itu baru pulang pagi tadi dari Rengasdengklok.


Lelaki itu terbangun dan memandangnya. Senyumnya begitu lemah, terucap kata, “pating greges.” Tamu yang disapanya memberikan obat, setelah memeriksa ada panas di tubuh lelaki yang dibangunkannya.


Dialah seorang dokter bernama dr. R. Soeharto, dan lelaki yang mengatakan dirinya tak enak badan itu adalah Soekarno. Lalu atas persetujuan Soekarno, sang dokter memberinya sebuah suntikan chinine-urethan intramusculair. Lalu Soekarno melanjutkan tidurnya sejenak.

Pukul 9.30 pagi, Soekarno terbangun, tubuhnya terlihat lebih sehat. Ketika berjumpa dengan sang dokter, ia meminta agar Hatta segera dipanggil untuk datang.


Dengan berpakaian rapi, mengenakan pakaian serba putih (celana lena putih dan kemeja putih) dengan potongan yang saat itu popular disebut sebagai “kemeja pimpinan” dengan bersaku empat, Soekarno menyambut Hatta dan segera menuju halaman depan rumahnya. Sebuah teks Proklamasi dibacakan.


Teks Proklamasi
Teks Proklamasi yang di bacakan Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno pada tanggal 17 agustus 1945

Inilah sebuah pernyataan kemerdekaan yang sebelumnya di dalam pidatonya Soekarno ada mengatakan “…sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan tanah air di tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib di tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya…”


Puncak perjuangan yang pada akhirnya harus keluar dari mulut Soekarno, sebuah bukti sejarah bahwa ia memang layak mengambil posisi untuk menyatakan itu. Karena sebelum Proklamasi ini terjadi,

sebelumnya juga sudah dibacakan dua proklamasi yaitu Proklamasi Gorontalo 23 Januari 1942 dan Proklamasi Cirebon 15 Agustus 1945. Namun kedua Proklamasi ini tidak diakui sebagai buah pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam arti sebagai hari peringatan kemerdekaan bangsa Indonesia.



Pidato Teks Proklamasi
Pidato Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan presiden Ir.Soekarno



Proklamasi Gorontalo 23 Januari 1942
Kekalahan Belanda oleh Jepang, pada Perang di Laut Jawa, membuatnya menjadi gelap mata. Gorontalo dibumi hanguskan yang dimulai pada tanggal 28 Desember 1941. Adalah seorang pemuda bernama Nani Wartabone (saat itu berumur 35 tahun) memimpin perjuangan rakyat Gorontalo dengan menangkapi para pejabat Belanda yang masih ada di Gorontalo.


Bergerak dari kampung-kampung di pinggiran kota Gorontalo seperti Suwawa, Kabila dan Tamalate, mereka bergerak mengepung kota Gorontalo. Hingga akhirnya Komandan Detasemen Veld Politie WC Romer dan beberapa kepala jawatan yang ada di Gorontalo menyerah takluk pada pukul 5 subuh.


Dengan sebuah keyakinan yang tinggi, pada pukul 10 pagi Nani Wartabone memimpin langsung upacara pengibaran bendera Merah Putih di halaman Kantor Pos Gorontalo. Dan dihadapan massa yang berkumpul, ia berkata :


“Pada hari ini, tanggal 23 Januari 1942, kita bangsa Indonesia yang berada di sini sudah merdeka bebas, lepas dan penjajahan bangsa mana pun juga. Bendera kita yaitu Merah Putih, lagu kebangsaan kita adalah Indonesia Raya. Pemerintahan Belanda sudah diambil oleh Pemerintah Nasional. Agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban.”


Selanjutnya Nani Wartabone mengumpulkan rakyat dalam sebuah rapat akbar (layaknya peristiwa lapangan Ikada) di Tanah Lapang Besar Gorontalo untuk menegaskan kembali kemerdekaan yang sudah diproklamasikan.


Namun sayangnya ketika Jepang mendarat di Gorontalo, 26 Februari 1942, Jepang melarang pengibaran bendera Merah Putih dan memaksa rakyat Gorontalo untuk takluk tanpas syarat kepada Jepang.


Kisah Nani Wartabone terlalu panjang untuk diungkapan, walau ia di masa Jepang mengalami patah semangat ketika Jepang tak mau diajak berkompromi hingga akhirnya ia kembali ke kampung halamannya di Suwawa dan hidup sebagai petani.


Saat kekalahan Jepang oleh Sekutu, Jepang bersikap lain. Sang Saka Merah Putih diijinkan berkibar di Gorontalo dan Jepang menyerahkan pemerintahan Gorontalo kepada Nani Wartabone pada tanggal 16 Agustus 1945. Sementara rakyat Gorontalo baru mengetahui telah terjadi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 28 Agustus 1945.


Nani Wartabone memimpin Gorontalo untuk masa-masa kelam berikutnya, menghadapi pasukan Belanda yang membonceng Sekutu. Dalam sebuah perundingan di sebuah kapal perang sekutu pada tanggal 30 November 1945, Belanda menangkap dan menawannya. Ia dibawa ke Manado dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara atas tuduhan makar pada tanggal 23 Januari 1942 yaitu Proklamasi yang dibacakannya.


Namun di waktu yang berjalan, kekalahan sekutu mengubah nasibnya kelak. Ia kembali ke Gorontalo pada tanggal 2 Februari 1950. Nani Wartabone pada tanggal 6 April 1950 menolak RIS dan memilih bergabung dengan NKRI. Untuk beberapa waktu ia dipercaya sebagai kepala pemerintahan di Gorontalo, hingga Penjabat Kepala Daerah Sulawesi Utara, dan anggota DPRD Sulawesi Utara. Selanjutnya ia memilih untuk kembali tinggal dan bertani di desanya di Suwawa.


Tapi itu juga tak berlangsung lama. Letkol Ventje Sumual dan kawan-kawannya memproklamasikan pemerintahan PRRI/PERMESTA di Manado pada bulan Maret 1957. Ia terpanggil kembali untuk melawan. Namun perlawanan tak seimbang, karena pasukan Nani Wartabone kekurangan persenjataan, hingga mereka memilih untuk bergerilya di dalam hutan, sekedar menghindar dari sergapan tentara PRRI/PERMESTA.


Pada bulan Ramadhan 1958 datanglah bantuan pasukan tentara dari Batalyon 512 Brawijaya yang dipimpin oleh Kapten Acub Zaenal dan pasukan dari Detasemen 1 Batalyon 715 Hasanuddin yang dipimpin oleh Kapten Piola Isa. Bersama pasukan-pasukan dari pusat inilah mereka berhasil merebut kembali pemerintahan di Gorontalo dari tangan PRRI/PERMESTA pada pertengahan Juni 1958.


Proklamasi Cirebon 16 Agustus 1945
Kekalahan Jepang tinggal menghitung hari saja, setelah dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Namun karena Jakarta tidak termasuk jalur perang Jepang dengan Sekutu, maka yang terlihat kekuatan bala tentara Jepang masih utuh.


Suasana Jakarta tetap mencekam bagi para kelompok pergerakan. Ada 4 kelompok illegal menurut Maroeto Nitimihardjo yang tampak saat itu, yaitu kelompok Soekarni, Kelompok Sjahrir, Kelompok Mahasiswa dan Kelompk Kaigun.


Kelompok-kelompok itu mendengar Sjahrir meminta Soekarno dan Hatta untuk mempercepat pernyataan Proklamasi sekembalinya Soekarno dan Hatta dari perundingan di Dalat, Saigon dengan Marsekal Terauchi, wakil kaisar Jepang. Namun Soekarno masih menunggu kepastian dari Laksmana Maeda tentang hal kekalahan Jepang tersebut


Hal ini membuat kelompok-kelompok illegal itu marah dikarenakan mereka melihat keraguan Sjahrir selama ini untuk menjalankan kesepakatan bahwa Sjahrirlah yang harus siap memimpin kemerdekaan dikarenakan ia bersih dari pengaruh Jepang. Hingga membuat kelompok-kelompok illegal ini, tidak termasuk Sjahrir bergerak cepat.


Terjadi beberapa pertemuan antara lain di Jalan Cikini Raya 71, di Lembaga Ecykman dan di Laboratorium Mikrobiologi (di samping pasar Cikini). Wikana dan dr. Darwis ditugaskan untuk mendesak langsung Soekarno-Hatta (tanpa perantara Sjahrir) untuk memproklamirkan kemerdekaan yang berujung dengan “penculikan” atau membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Gerak cepat yang tak ragu-ragu ini akhirnya melahirkan sebuah peristiwa di pagi hari di tanggal 17 Agutus 1945 sebagai hari kemerdekaan.


Di waktu yang berjalan cepat dalam ketidak pastian peristiwa, seorang bernama dr.Soedarsono (ayah dari Juwono Soedarsono) datang bertemu Maroeto Nitimihardjo (seperti pengakuannnya di buku berjudul “Ayahku Maroeto Nitimihardjo Mengungkap Rahasia Gerakan Kemerdekaan” karangan Hadidjojo, anak Maroeto) di sebuah ‘pengungsian’ bagi istri dan anaknya yaitu di desa Perapatan,

sebelah barat Palimanan, 30 km jauhnya dari Cirebon tempat dr.Soedarsono berasal. Dr.Soedarsono meminta teks Proklamasi yang dibuat Sjahrir yang katanya dititipkan pada Maroeto. Namun Maroeto menyatakan tidak ada.


Hingga dr.Soedarsono menjadi berang dan berkata, “Saya sudah bersepeda 60 kilometer hanya untuk mendengar, Sjahrir tidak berbuat apa-apa. Katakan kepada Sjahrir, saya akan membuat proklamasi di Cirebon".

Dan akhirnya terkabarlah bahwa Proklamasi itu dibuat dan dibacakan oleh dr.Soedarsono pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945 di alun-alun Cirebon yang dihadiri sekitar 150 orang. Sehari sebelum Soekarno membacakan Proklamasi di penggangsaan Timur 56 Jakarta.


Namun kisah yang dipaparkan Maroeto berbeda dengan kisah yang diungkap oleh Des Alwi, anak angkat Sjahrir. Menurutnya, teks proklamasi yang dibacakan Soedarsono adalah hasil karya Sjahrir dan aktivis gerakan bawah tanah lainnya yang melibatkan Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur, dan Abu Bakar Lubis. Penyusunan teks dilakukan di Asrama Prapatan Nomor 10, Jakarta, pada 13 Agustus 1945.


Ada sebaris teks proklamasi yang diingat oleh Des Alwi yaitu : “Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan kemerdekaan Indonesia karena kami tak mau dijajah dengan siapa pun juga.

Baca Selengkapnya ....

Sejarah perkeretaapian di Indonesia

Posted by Unknown Kamis, 22 Mei 2014 0 komentar

Sejarah Perkeretaapian Indonesia



Pembangunan perkeretaapian Indonesia ini di awali di desa kemijen, jumat tanggal 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet Van Den Beele.Pembangunan tersebut di prakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" ( NV. NISM ) yang di pimpin oleh Ir. J.P De Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung ( 26 km ) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas Jalan ini di buka untuk angkutan umum pada hari sabtu, 10 Agustus 1867.

Perkembangan di Luar Jawa

Di jawa NV. NISM membangun jalan KA antara Semarang - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota semarang - surakarta. Selain di Jawa, Pembangunan rel KA juga di lakukan di Aceh ( 1874 ), Sumatera Utara ( 1886 , Sumatera Barat ( 1891 ), Sumatera Selatan ( 1914 ) bahkan Tahun 1922 di Sulawesi juga di lakukan pembangunan rel KA sepanjang 47 km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya di lakukan pada tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat di laksanakan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat di bangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas ( 220 km ) sudah di selesaikan. Selain itu di pulau Bali dan Lombok juga pernah di lakukan studi pembangunan rel KA tersebut.


Pembangunan Jembatan Rel di wilayah Banyuwangi.
Kereta Listrik Pertama yang beroperasi pada Tahun 1925, yang menghubungkan Weltevreden dengan Tandjoengpriok.


Latar Belakang

Kereta Api Indonesia pertama kali di bangun Tahun 1867 di Semarang dengan rute Semarang - Tanggung yang berjarak 26 km oleh N.V NISM. dengan lebar jalur 1435 mm ( lebar jalur SS - Staatsspoorwegen adalah 1.067 mm atau yang sekarang dipakai ), atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan militer di semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang. Pemerintah Belanda pada Tahun 1876 telah membangun berbagai jaringan kereta api, dengan bermuara pada pelabuhan tandjoengpriok jakarta dan Tanjung Perak Surabaya. Meskipun Semarang merupakan wilayah strategis, namun  tidak ada pelabuhan untuk barang, sehingga barang di kirim ke batavia atau soerabajya.

Halte Si Loengkang di jalur SOlok - Silungkang, ketika baru selesai di bangun.

Masa Pembangunan Stasiun

  1. Stasiun karanganyar - 1875
  2. Stasiun Jakarta Kota - Di resmikan Tahun 1929
  3. Stasiun tanjung priok - 1914
  4. Stasiun Gambir ( dulu weltevreden ) - 1914
  5. Stasiun Jatinegara ( dulu Meester cornel
  6. Stasiun Manggarai - 1969
  7. Stasiun Pasar Senen - 1916
  8. Stasiun Cikampek - 1894
  9. Stasiun Bogor - 1880
  10. Stasiun Bandung - 1887
  11. Stasiun Yogyakarta - 1887
  12. Stasiun Solo Balapan - 1876
  13. Stasiun Semarang Tawang - 1873
  14. Stasiun Cirebon - 1920
  15. Stasiun Madiun - 1897
  16. Stasiun Purwokerto - 1922
  17. Stasiun Malang - 1941
  18. Stasiun Surabaya Kota - 1878 dan renovasi 1911
  19. Surabaya Gubeng - 1913
  20. Stasiun Pasar Turi - 1938 

 Gambar Sketsa Lokomot dan kereta

Bagian dari Lokomotif uap

Istilah mengenai lokomotif uap perlu dijelaskan, agar pembaca dapat mengikuti uraian selanjutnya. berikut bagian-bagian penting dari Lokomotif uap adalah :
  • Tungku pembakaran batu bara atau kayu
  • Ketel uap air
  • Tender tempat batu bara dan air
  • Roda penggerak 
  • Piston uap air penggerak roda
  • Ruang Masinis
  • Tender gandengan untuk batu bara dan air
  • Roda penunjang
  • Cerobong
  • Dan masih banyak lainnya 

 Istilah tender dan gandengan tender

Istilah Tender dalam lokomotif adalah tempat perbekalan untuk menyalakan lokomotif berupa tempat batu bara atau kayu bakar dan tandon air. Pada umunya lokomotif kecil dan buatan sebelum Tahun 1900 adalah lokomotif tender, sedangkan setelah Tahun 1900 dan seterusnya besar umumnya dengan gandengan tender.


Tender dan Gandengan Tender.



 Lokomotif uap mallet, garrat dan meyer

Sekitar Abad XIX, lokomotif mencapai puncaknya dengan berbagai jenis artikulasi roda penggerak, yaitu dengan sebutan mallet, garrat dan meyer.
  • Jenis lokomotif mallet, kalau artikulasi roda penggerak berada di bawah tungku, dan roda penggerak depan mendapat tekanan uap yang tinggi, kemudian disalurkan ke roda penggerak yang di belakangnya, dan juga roda penggerak depan dapat berbelok arah sesuai dengan kurva belokan rel. Penemu sistem ini adalah insinyur Swiss bernama Anatole Mallet pada tahun 18 . Sistem ini banyak dipakai di Eropa, Amerika, dan juga Hindia Belanda.
  • Lokomotif uap jenis Garratt , kalau artikulasi roda penggerak berada di bawah tender depan dan tender belakang. Penenmu sistem ini adalah insinyur Inggris bernama Garratt pada tahun 18 . Sistem ini banyak dipakai di Afrika ( Simbabwe, Kenya, Algeria ), Asia ( Burma, India, Iran, Turkey Australia New Zealand, Quennsland, Tasmania), Eropa ( Netherlands, Spain, Inggris, USSR, Amerika Selatan ( Argentina, Brazil ).
  • Lokomotif uap jenis Meyer, kalau artikulasi roda penggerak berada di bawah tungku, serta roda penggerak depan dan belakang mendapat tekanan uap yang sama. Penemu sistem ini adalah insinyur Perancis bernama Jean-Jacques Meyer pada tahun 1868. Varian lain adalah Kitson-Meyer. Sistem ini banyak dipakai di Eropa, Amerika, dan juga Hindia Belanda.


Baca Selengkapnya ....

Kisah Kelahiran Bung Karno

Posted by Unknown 0 komentar

Kisah Kelahiran Bung Karno

Sejarah Kisah Kelahiran Bung Karno

Letusan Gunung Kelud pada Tahun 1901 menjadikan Sejarah lahirnya "Bung Karno" yang telah menjadi Proklamator dan Bapak Pendiri Bangsa Republik Indonesia ( RI ).

Erupsi Letusan Gunung Kelud terjadi pada tengah malam, 22 - 23 Mei 1901, selama kurang lebih sekitar dua jam. Letusan tersebut terus meningkat pada pukul 03.00 dini hari. Bunyi letusan tersebut di perkirakan terdengar sampai Pekalongan.

Akibat letusan dahsyat tersebut, awan panas menyelimuti wilayah kediri, sementara hujan abu telah mengguyur beberapa daerah lainnya.

Erupsi Gunung Kelud Tahun 1901 tersebut tercatat sebagai Sejarah letusan Terdahsyat pertama Gunung Kelud di Awal Abad Ke 20. Sekitar kurang lebih dua pekan pasca letusan Gunung Kelud tersebut, tepatnya pada tanggal 6 Juni 1901, lahirlah seorang bayi laki-laki yang bernama Koesno, atau lengkapnya Koesno Soesrodihardjo.

Bayi laki-laki tersebut lahir dari pasangan suami-istri Raden Soekami Soesrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Pada Usia lima Tahun Nama Koesno berganti nama menjadi Soekarno, karena sering sakit-sakitan.

Setelah dewasa, Soekarno tersebut lah yang membuka Sejarah sebagai Bapak Pendiri Bangsa ( The Founding Father ), Bapak Proklamor dan Presiden Pertama Republik Indonesia ( RI ). Bung karno juga disebut sebagai "Putra Sang Fajar" karena ia di lahirkan tepat pada pukul 05.30, tepat pada saat fajar terbit.

Ibunda Soekorno, Ida Ayu Nyoman Rai, pun berkata: " Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar tiba. Kita orang jawa mempunyai kepercayaan, bahwa orang yang di lahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah di takdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu ! Jangan sekali-sekali kau lupakan Nak, bahwa engkau adalah putra sang fajar".


Baca Selengkapnya ....
Cara Buat Email Di Google | Copyright of Sejarah Kita.